Rumput Laut : Cerminan Kekayaan Indonesia dalam Nama “Superfood”

Rumput Laut : Cerminan Kekayaan Indonesia dalam Nama “Superfood”

Potensi kekayaan rumput laut Indonesia sudah tidak asing lagi didengar telinga. Berdasarkan data FAO (2015), pada tahun 2013 Indonesia menempati posisi kedua setelah Cina sebagai produsen rumput laut Gracilaria sp. terbesar di dunia, dengan jumlah produksi mencapai 975 juta ton. Kini, Kementerian Perikanan dan Kelautan (KKP) menargetkan produksi rumput laut Indonesia menjadi 16,17 juta ton, meningkat 21,48% dibandingkan target produksi tahun 2017 yang mencapai 13,3 juta ton. Sebuah target yang optimis, mengingat perairan Indonesia yang membentang dari Sabang hingga Merauke masih menawarkan area-area yang berpotensi untuk diarahkan pada budidaya rumput laut.

Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, Bali, dan Papua menjadi wilayah yang memiliki potensi budidaya rumput laut terbesar di Indonesia. Nusa Penida menjadi penghasil rumput laut terbesar di Bali dengan rata-rata produksi mencapai 160 ribu ton per bulan. Pada tahun 2015, Sumba di NTT menghasilkan 100 ribu ton rumput laut. Adapun penduduk Pulau Arguni di Distrik Fakfak, Papua Barat dapat memanen 500 kg – 1 ton rumput laut dalam sekali panen, dengan jumlah pemanenan 8 kali per tahun.

Rumput laut termasuk dalam kelompok alga yang tumbuh di perairan, seperti sungai, danau, laut, dan badan air lainnya. Rumput laut yang selama ini kita kenal, berada pada kelas Rhodophyta (alga merah) dan Chlorophyta (alga hijau). Rumput laut sering disebut sebagai superfood karena manfaatnya yang sangat besar dan beragam bagi kehidupan manusia.

Tak hanya berperan sebagai produsen dalam rantai makanan di perairan, rumput laut juga sering dikonsumsi manusia dalam bentuk segar maupun olahan. Kita pasti dapat dengan mudahnya menemukan potongan rumput laut segar dalam bentuk es rumput laut maupun campuran pada es buah. Olahan rumput laut lainnya yang palin mudah dijumpai adalah nori serta permen jelly rumput laut bermacam bentuk dan rasa. Kandungan serat dalam rumput laut juga menjadikannya sebagai bahan agar-agar atau tepung rumput laut yang dapat dijadikan campuran pada bermacam masakan.

Nusa Penida is the biggest producer of seaweed in BaliNusa

Selain serat, rumput laut mengandung vitamin, mineral, dan protein yang dibutuhkan oleh tubuh. Dilansir oleh BBC Good Food, rumput laut kaya akan tersebut meliputi kasium, iodin, dan Fe, serta Vitamin K dan asam folat. Bagi mereka yang sedang menjalani diet, mengonsumsi rumput laut menjadi aman karena rendah kalori dan lemak. Rumput laut juga diketahui memiliki zat anti inflamasi dan anti mikroba yang yang dapat digunakan untuk proses penyembuhan luka, menenangkan kulit yang terbakar atau gatal, hingga mulai diteliti untuk penyembuhan kanker. Dari segi kecantikan, tak terhitung banyaknya kosmetika yang menggunakan rumput laut sebagai bahan dasarnya karena kaya akan nutrisi untuk kulit, mampu mengatasi kulit kering, meregenerasi sel-sel kulit serta berperan dalam proses detoksifikasi.

Rumput laut, dengan segala manfaat dan potensinya di Indonesia, pantaslah menjadi cerminan kekayaan yang patut untuk diperhitungkan. Tentunya, menjadi tugas kita bersama untuk melestarikan, dan terus berusaha meningkatkan teknologi tepat guna untuk memanfaatkan rumput laut.

Leave comments

Your email is safe with us.